Dampak Deskriminasi Pendidikan Terhadap Mental Anak ; Diskriminasi dapat terjadi ketika seseorang mendapat perlakuan negatif berdasarkan karakteristik tertentu yang melekat pada dirinya. Perlu Anda pahami deskriminasi pendidikan dan dampaknya terhadap keberlanjutan mental anak.Stigma muncul ketika individu didefinisikan oleh status atau latar belakangnya daripada sebagai individu yang unik. 

Bagi mereka yang menjadi terlabeli, stigma sosial dan yang mereka hadapi dapat memperburuk masalah yang ada. Selain itu, juga berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Contoh Deskriminasi di Bidang Pendidikan 

Dalam dunia pendidikan, ada contoh kecil tindakan deskriminasi pendidikan dan dampaknya terhadap keberlanjutan mental anak dapat terjadi. Misalnya dalam pembagian kelas untuk siswa berdasarkan prestasi akademik. Sekolah sering kali memisahkan siswa yang memiliki nilai tinggi ke dalam kelas unggulan dan siswa dengan nilai rendah ke dalam kelas biasa. 

Namun, pembagian semacam ini dapat menciptakan ketidaksetaraan proses pembelajaran. Pembagian kelas semacam ini dapat mengakibatkan dampak psikologis pada siswa. Guru mungkin merasa lebih nyaman mengajar di kelas unggulan, sementara merasa terbebani di kelas biasa. 

Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksetaraan perhatian terhadap kedua kelompok siswa. Siswa di kelas rendah mungkin merasa rendah diri karena merasa dianggap kurang mampu, sedangkan siswa di kelas unggulan dapat merasa sombong karena dianggap lebih pintar.

Akibatnya, siswa dari kedua kelompok ini cenderung menjauhi satu sama lain. Meskipun berada di sekolah yang sama, mereka mungkin tidak saling mengenal dan berinteraksi. Hal ini dapat berpotensi membentuk sikap deskriminatif terhadap orang lain di masa depan.

Dampak Deskriminasi Pendidikan dan Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Mental Anak

Konsekuensi berbahaya dari diskriminasi dan stigma ini dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan mental individu, seperti:

  1. Munculnya perasaan malu, putus asa, dan keterasingan.
  2. Rasa enggan untuk mencari bantuan atau perawatan.
  3. Kurangnya pemahaman dari keluarga, teman, atau masyarakat.
  4. Terbatasnya peluang pekerjaan atau interaksi sosial.
  5. Potensi untuk mengalami intimidasi, kekerasan fisik, atau pelecehan.
  6. Keraguan pada diri sendiri dan keyakinan bahwa kondisi saat ini tidak dapat diatasi.
  7. Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, pendidikan, atau lingkungan tempat tinggal yang baik.
  8. Kendala dalam mendapatkan asuransi kesehatan yang mencakup perawatan kesehatan mental.

 

Individu yang terpengaruh deskriminasi pendidikan dan dampaknya terhadap keberlanjutan mental anak memiliki peluang untuk pulih sepenuhnya atau mengelola kondisi diri. Terutama jika mereka mendapatkan bantuan tepat waktu. Meskipun demikian, beberapa orang tetap terpengaruh oleh diskriminasi sosial yang kuat terhadap kesehatan mental.